Review Book: Drupadi
Drupadi
Seno Gumira Ajidarma
Semua kejahatan ada bayarannya
Meski kebaikan tidak minta balasan
Kalian tahu Pandawa sebagai lakon utama Mahabharata. Bukan, lakon utama dalam epos Mahabharata adalah Drupadi, perempuan yang dilahirkan dari bunga lotus, ada yang menyebutkan api.
Sosok Drupadi yang bersuami seorang Yudhistira maupun bersuami kelima Pandawa, tetap mengesankan bagiku. Keberanian dan kecerdasan yang tetap tergambarkan dalam ribuan variasi Mahabharata, menegaskan bahwa semua meyepakati sifat-sifat luhur Drupadi. Menginjak dewasa, ia menikah dan setia membersamai suaminya. Dikagumi sekaligus dibenci karena paras dan keluhurannya. Sayembara membuktikan bahwa nasib hidup bahagia sengsara telah tertuliskan untuknya. Siapa yang dapat mematahkan mantra Raja Pancala, selain Karna dan Arjuna, murid Dorna, yang memiliki kemampuan setara dengannya. Sedang, Dorna pun tak sudi menjadi guru para sudra.
Karna, ia lain hal. Kakak Pandawa yang tersingkir oleh keangkuhan ibunya. Lain kali mungkin aku cerita.
Drupadi karya Seno Gumira menggunakan variasi jawa kuno (?), Drupadi bersuami lima Pandawa, tapi memiliki satu anak dari mereka: Pancawala yang berarti panca = lima dan wala = jejaka (hal. 140), menggambarkan kelima anak Drupadi dari masing-masing Pandawa versi lain Mahabharata. Aku suka diksi yang dipilih Seno, meski banyak babak yang tak termuat dalam buku setebal 150 halaman ini. Dialog juga begitu hidup, bagaimana Seno menulis ucapan Drupadi yang bagiku terasa marah, ucapan Krisna yang penuh petuah, Yudhistira penuh kejujuran namun selalu malang, Karna penuh kebajikan namun sering dihinakan, Duryudana dan Dursasana yang tak satupun katanya membekas saat aku membacanya. Terutama Sangkuni, setiap membaca dialognya, ingin langsung banting buku ini.
Episode paling menyebalkan adalah permainan dadu. Yudhistira yang tak pernah menang dengan sengaja terus berjudi, Pandawa terus terkuras egonya karena sang panutan tak kunjung menang meski pertaruhan merugikan mereka. Awalnya uang, pasukan, kerajaan, diri mereka hingga istri. Sial!!! Kebajikan, kecerdasan, kekuatan, keahlian, dharma, dan segala puji-pujian bagi Pandawa terasa pahit dan bagai kotoran saja. Istri dijadikan pertaruhan judi, sekaligus mereka menjadi budak bagi kebodohan mereka sendiri. Tidak sama sekalipun Yudhistira layak disebut orang yang menjunjung tinggi kejujuran, tidak ada gunanya. Tidak berguna juga kekuatan Bima, ribuan senjata Arjuna, ketulusan Nakula-Sadewa.
Mahabharata lahir dari epos India tentang para keturunan dewa yang menumpas kejahatan dengan bimbingan Krisna. Krisna ada disana, namun keburukan rasanya tak dapat dicegah, atau dengan sengaja ia membiarkannya. “Baratayudha adalah jalan setiap orang untuk memenuhi karmanya” Meski sebelumnya, Karna dibuang, Pandawa dibakar, Drupadi dicabuli, Hastinapura porak poranda.
Pandawa ahli bertapa, namun di seluruh anak benua tiada pembunuh yang lebih besar daripada mereka (107)
Cerita Mahabharata adalah cerita umum yang diketahui orang indonesia. Namun, variasi, diksi, dan sudut pandang pengarang selalu berbeda. Dan cerita Seno adalah cerita Mahabharata yang sangat menarik untuk dibaca.