Review Book: Kepunahan Keenam

Siska Filawati
2 min readMar 11, 2022

--

by Elizabeth Kolbert

PANGAEA

Cerita tentang kehidupan, Bumi, dan makhluknya. Alkisah Bumi kita terbentuk dengan berpuluh sekian kali tabrakan batuan dan perputaran kecepatan tinggi hingga mencapai kecepatan seimbang. Terbentuk, distorsi, hingga lautan dan daratan tersipta. Pangaea. Satu-satunya daratan yang dimiliki Bumi, dikelilingi laut. Mahkluk laut mulai merambat menuju darat, si Alga menjadi berupa lumut, kemudian menjadi pohon berbatang raksasa kini.

Hewan muncul dengan ukuran raksasa. Evolusi, berkata berlangsung sangat lama. Seleksi alam, berkata yang kuat yang menang. Memang begitulah adanya, hewan raksasa dengan famili sama beda spesies. Oh, Dinosaurus ternyata memiliki banyak macam tubuh dan nama, ada yang makan dedaunan, ada yang memangsa kawan sendiri. Begitu ngerinya kala itu, dibanding manusia yang memiliki tinggi tubuh rata-rata 170 cm. kita sekedar sekelumit cerita dikala seleksi alam hanya seputar kekuatan fisik. Untungnya bukan.

Boom. “Don’t look up”, asteroid datang, membumi-hanguskan makhluk-makhluk Bumi saat itu. Dinosaurus raksasa tewas seketika. Jika ada yang selamat, kondisi Bumi yang terus memburuk akibat tabrakan membuat sebagian besar spesies tumbuhan, mamalia, burung, reptil punah. Bumi memanas, mendingin, akibat abu tabrakan. Bumi berekonstruksi lagi.

Spesies-spesies baru lahir, dengan ukuran jauh lebih kecil, mungkin beda famili dengan dinosaurus yang punah. Waktu berjalan hingga berjuta tahun kemudian. Homo sapiens, manusia lahir, disepakati sejak itu pula, nama zaman berubah. Antroposen. ditandai dengan hasil peristiwa kepunahan masa kini dan kecenderungan manusia mengubah distribusi kehidupan di sisi lain. Manusia membakar energi fosil yang merupakan tangkapan karbon berjuta tahun lalu menjadi asap atmosfer yang artinya membuat Bumi berkondisi berjuta tahun lalu, memanas, lalu mendingin karena sinar matahari sama sekali memantul ke angkasa.

Kerusakan akibat ulah manusia, dibenahi oleh usaha manusia lain. Kalian bisa bersikap optimis atas usaha ini. Manusia beralih tak menggunakan pembakaran karbon lagi. Lithium, bahan dasar baterai menjadi solusi, namun, bukankah ini sama artinya manusia hanya beralih ke sumber mineral lain dari Bumi. Hingga jatah Lithium menipis, manusia akan menemukan solusi baru lagi sebagai gantinya? Tidakkah begitu?. Sepertinya yg harus dirubah bukan sumber energi, melainkan sikap kita.

Masih tentang upaya manusia untuk menyelamatkan dunia, kali ini tentang spesies terancam punah. Spesies yang masih bertahan dipindahkan ke tempat penangkaran yg bukan habitat asli, dikawinkan inseminasi, lahir, dan bertumbuh dengan habitat konservasi yang ada. Jika ada spesies yang punah, kultur sel solusinya.

Apakah harus berakhir dengan cara begitu? Apakah harapan terkahir untuk makhluk berada di kolam nitrogen cair? Sesudah menyadari cara-cara kita mengancam spesies lain, bisakah kita bertindak menyelamatkan mereka? Bukankah inti upaya menatap masa depan adalah mengubah arah agar menghindari bencana yang akan datang? [hal. 271]

--

--

Siska Filawati
Siska Filawati

Written by Siska Filawati

berusaha belajar apapun, terima kasih sudah mampir dan baca

No responses yet